Kamis, 13 Oktober 2016

Catatan singkat Moch. Sroedji


- Obrolan semalam bersama Ayah Tilud -
Semalam Unyil Kpj menemani saya di Kreongan, dengan mengendarai motor Honda setengah lawas, kami menyusuri jalan yang remang-remang, Di sebuah gang persis di depan sumermarket beberapa kawan lama disana cangkrok dan menyapa mungkin mereka sudah menghabiskan bercangkir-cangkir kopinya di sebuah kedai yang sederhana. Ya, sepertinya kedai itu suatu tempat yang cocok dan ternikmat untuk menikmati malam yang sedikit berhawa dingin.
Singkat cerita, ...
Banyak cerita yang saya ambil darinya, dari kisah perjalanan hidup yang penuh banyak warna, juga mengenai beberapa akun facebook yang lagi di gencarkan, juga tentang perjuangan serta bangunan-bangunan jaman bahula, juga sampai obrolan berat mengenai supranatural.
Obrolan bertempo paling lama semalam tentang kisah pejuang, kepahlawanan. Entah sudah berapa batang rokok yang kami hisap sampai tak terasa waktu menunjukan pukul dua belasan.
Kira-kira begini salah satu obrolan saya dengan Ayah Tilud semalam ...
" Oia, Mas, Di tunjung kan ada makamnya Moch. Sroedji, kenapa kok gak di tulis ? " tanya Ayah Tilud singkat sembari menyulut sebatag rokok lagi yang masih utuh, kedua matanya memandang saya tajam-tajam menembus cahaya remang di ruang tamunya.
Sejenak saya terdiam sambil merunut apa yang di ungkapkannya. Sementara bibir saya masih aktif menghambur-hamburkan asap rokok yang sebelumnya saya hisap dalam-dalam. Ayah Tilud mengejutkan lamunanku dengan mengkisahkan Bapaknya yang sudah di pundut Gusti Allah beberapa tahun yang lalu.
" Bapak saya juga pernah ikut perang Mas, waktu itu Bapak hanya bercerita pendek tentang pengalaman yang di alaminya pada saya. Sambil menunjuk paha kanannya yang sempat tertembak dia bilang begini, -Iki loh le biyen bapak kenek tembak ikine, biyen tau bolong tapi syukur Bapak sek di ke'i umur dowo " Begitu kiranya Ayah Tilud melanjutkan ceritanya menirukan bahasa Bapaknya.
Begitu cerita di atas, semalam bersama Ayah Tilud.
Ayah Tilud sedikit ada catatan singkat yang pernah saya tulis di buku harian saya. Sebuah catatan hasil belajar yang saya ambil dari beberapa catatan-catatan yang ada dan saya merangkumnya.
Maaf sebelumnya jika tulisan saya kali ini sedikit panjang dan melebar.
- Moch. Sroedji putra ke 2 dari pasangan Amni dan Hasan ( Bupati Bangkalan )
- Moch Sroedji lahir di Bangkalan tanggal 1 February 1915.
- Mempunyai saudara namnya : Zubaidah, Mardiyah, Fatimah, dan Aminah.
- Tanggal 28 September 1939, Moch. Sroedji menikah bersama Rukmini ( Putri dari Bapak Tajib dan Ibu Muryam )
- Tinggal di Kreongan di antara tahun 1938 - 1943 dan kerja sebagai mantri di RS Paru-paru, Jember.
- Meninggalkan Jember dan ikut pendidikan PETA ( Pembela Tanah Air ), tanggal 15 Oktober 1943.
- Setelah lulus pendidikan PETA, Moch Sroedji kembali ke Jember dengan gelar Chwdan Choo = Perwira menengah PETA.
- Moch. Sroedji membentuk Daidan atau Batalyon.
-Moch Sroedji menjabat sebagai Komandan Batalyon Sroedji Resimen IV / TKR Divisi VII Untung Suropati yang berpusat di Kencong. Divisi alap-alap di Kencong.
- 8 February 1949 Gugur di Karang kedawung, Mumbulsari. Jenazah di bawa ke Kreongan oleh KH. Ahmad Dahnan dan selanjutnya di makamkan. ( Sebelum di bawa ke Kreongan mayat Moch. Sroedji di seret 40km dari Mumbulsari ke alun-alun Jember, dan di sembunyikan oleh Belanda sebelumnya di hotel Jember ).





N/b : Makam Let.Kol Moch Sroedji, dapat Anda jumpai di pemakaman umum di daerah Tunjung, Kreongan.





Berikut saya lampirkan foto makam Moch. Sroedji, yang saya jepret pada tanggal 26 Januari 2016, 15:38 WIB.




Dokumen.Pribadi. 26 Oktober 2016.

Dokumen. Pribadi. 26 Oktober 2016.

Dokumen. Pribadi 26 Oktober 2016.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar