Kamis, 09 Januari 2014

Di angkringan itu ada Aku , Kau , dan Mbak Wiwil

Sering kali saya mendengar  , bahwa negara ini sangatlah kaya . mengenai bermacam - macam nama rempah , suku , bahasa  , tradisi  dan budaya dsb . saya ambil contoh mengenai tradisi memdirikan rumah di kawasan keraton atau masih di dalam  benteng  yang hingga sampai saat ini masih di lakoni dan terawat dengan baik .

Mengenai tradisi membangun rumah masyarakat di kalangan keraton jogjakarta khususnya  ,

Malam yang lalu tepatnya tanggal 7 januari 2014 sehabis waktu sholat isya' .Saya  bersama Mbak Wiwil dan satu lagi kawan saya  Mas Penje dari kampung soragan  ,  kami bertiga  menyempatkan diri sejenak ngobrol ngalor -ngidul sembari menunggu nasi goreng yang kami pesan . sampai pada akhirnya  obrolan itu  menyinggung tentang  istiadat yang masih berlaku hingga saat ini    , sebenarnya perbincangan itu bukan topik utama kami saat kumpul sewaktu di angkringan itu  .hehe  kebetulan sekali jarak tempat kami  bertiga nongkrong tidak begitu  jauh dari  rumah Mbak Wiwil  ,lah  kebetulan lagi kediaman Mbak Wiwil  masih di kawasan dalam benteng keraton jadi yah apa salahnya toh menyelam sambil minum air  , maksud saya sambil  menunggu  pesanan  nasi gorengnya saya coba bertanya -tanya tentang adat masayarakat di kawasan benteng keraton begitu hehe..

Beberapa info  yang sempat saya tahu  yaitu mengenai bangunan  rumah -rumah penduduk  kawasan keraton yang tidak boleh di bangun tingkat dan letak arah rumah yang tidak di perbolehkan membelakangi keraton .

ini perbincangan saya bersama Mbak Wiwil.

Mbak Wiwil  ;
 " coba sampean lihat dan cermati baik -baik sederetan rumah warga dari  jokteng ( pojok
    benteng ) yang satu sampai ke jokteng yang lain ! " kata Mbak Wiwil sembari menunjuk arah jokteng . "    mana  ada rumah warga yang di bangun tingkat  ,   loh ora ono toh   ..?   kalau toh ada pasti di tegur sama pak kampungnya dan  langsung di  suruh bongkar  , hehe  "    lanjut beliau ."

Mengintip kota dari dalam Jokteng Gonjrang ( pojok benteng keraton) 
( dok. pribadi )

 Saya             ;
 " memangnya kenapa Mbak ? "

Mbak Wiwil   ;
 " ya jelas gak boleh toh mas  , lawong bangunan keratonya  saja gak tingkat kok .dulu  pernah tetangga saya merenovasi rumah sekaligus mau membikin lantai dua  rencananya khusus kamar buat anaknya  , tapi belum sempet rampung para petugas keraton mendatangi  dan memberikan pengarahan pada si pemilik rumah itu tadi  , dengan alasan kata petugas "rumah njenengan boleh di renovasi asalkan  tidak melebihi  tinggi bangunan keraton . melebihi banguna keraton itu sudah melanggar aturan sebab  anggap tidak menghormati kediaman raja "( kata petugas ke pada si pemilik rumah ) "

Saya   ;
" terus , penduduk sini dulunya memang abdi dalem po piye  ?" tanya saya .

Mbak Wiwil :
 " ya gak semua  yang bertempat tinggal  disini ini ( benteng keraton )  adalah abdi dalem.. siapa saja boleh menempati cuman dengan syarat harus taat pada aturan - aturan yang  berlaku . maksud raja bagi warga jogja khususnya  yang belum memiliki  rumah bisa disini. asal rumah di  bangun secara gak permanen , jadi warga jogja di  beri kebebasan  menempati tanah asal rumah yang di tempati itu wajib di buat usaha . jadi jangan  heran kalau sampean masuk kawasan benteng banyak di jumpai orang - orang yang berdagangan atau warung  atau apalah yang berbau usaha .  dengan  maksud agar masyarakat jogja  bener -bener tentrem  gitu mas ".

Saya ;
"Seiring waktu  berjalan buktinya sekarang banyak rumah warga yang di bangun permanen mbak ".

Mbak Wiwil ;
"Yah begitulah kenyataanya mas , saya sendiri gak  begitu paham kenapa itu bisa terjadi begitu" .

beberapa jam kemudian ..

"oalah gak  terasa sudah se  jam lebih kita ngobrol kok nasi gorengnya  baru keluar hehe...' kata Mbak Wiwil ."yok monggo maem dulu ntar kita lanjutin lagi ngobrolnya hehe " lanjut Mbak Wiwil .

 
                   Saya dan Mbak Wiwil berjalan  menuju alun-alun keraton .
 foto di jepret oleh Mas Pinje . tanggal 7 januari 2014 pkl. 10 malam .


Saya dan Mbak Wiwil membeli kinang saat acara sekaten .foto di jepret oleh Mas Pinje .


Aduuuhhh... spertinya mata saya ngantuk yo... oklah terima kasih sudah  membaca tulisan saya .sebetulnya  banyak sekali  yang  harus saya tulis . seperti tentang  bahasa sandi yang dulunya pernah di gunakan para pejuang keraton saat melawan belanda , tentang acara sekaten yang di adakan setahun sekali . kami bertiga  sempat menyinggung itu sebagai mengisi obrolan sewaktu di angkringan . tapi apa daya mata saya sudah terasa sepet. hehe  jadi ya saya lanjut ke edisi berikutnya saja.

 yah meski sedikit yok berbagi pengalaman dan pengetahuan lak gitu toh rek ? ..hehe jadi untuk  sementara izinkan saya istirahat dulu... hehe

salam manis dari saya Budi Katreka .
by...by... 





         


                                          




Tidak ada komentar:

Posting Komentar