Hari minggu kemarin bersama keempat teman , saya muter-muter di daerah Patrang , rencananya kami berempat bertujuan ke rembangan , yaitu salah satu tempat wisata favorit masyarakat di kota saya , berhubungan gerimis mulai turun niat ke rembangan sepakat kami urungkan mengingat di atas , di rembangan maksud saya suhunya cukuplah membekukan badan jika memang hujan turun , apalagi kesiapan logistik tidak ada yang membawa saya kira cukupalah menyiksa kami kalau seandainya kami melanjutkan naik ke rembangan ," nah apa cuman tengak-tenguk aja diatas mas " kata Wahyu sembari mringis .
Perjalanan ketika pulang , mata saya tertuju pada rumah yang mempunyai pelataran luas , bangunannya kuno banget sontan saja , saya mengajak teman-teman untuk mampir ya siapa tahu ada sesuatu di balik rumah itu , kata saya kepada teman-teman .
Beberapa menit kemudian ,
Saya bertemu dengan seorang laki-laki yang berusia kira-kira lima puluh empat tahunan . Dari situ kami asyik ngobrol di teras samping tempat beliau sarapan . Tidak banyak yang saya catat apa yang di ungkapkan Pak Tardjo menantu dari Mbah Sukimi itu .
Cerita-cerita Pak Tardjo saya catat singkat di buku harian saya , begini isinya :
Tepat di depan saya adalah rumah kediaman Mbah Sakidun Salikhoh
petinggi desa baratan pertama yang didirikan pada tahun 1830 . pada
tiap tahunya di bulan ke 8 seluruh masyarakat setempat biasanya
merayakan acara tilik desa di pelataran rumah tempat saya berphose ,
yaitu acara syukuran /acara memperingati hari lahirnya desa baratan
sekaligus mengenang Alm Mbah Sakidun Salikoh dan sahabatnya yaitu Demang
Proyoguno.
bersebelahan
dengan rumah tersebut adalah rumah kediaman Mbah Sukimi yang kini
berusia 102 thn , Mbah Sukimi adalah anak dari Mbah Merto yaitu anak ke 4
dari Mbah Sakidun Salikhoh . menurut ceritanya , konon pejabat -
pejabat belanda sering kali mengadakan musyawarah mengenai akan di
adakanya pembangunan - pembangunan , seperti rapat mendirikan benteng
dan juga perekonomian masyarakat setempat.
mengenai acara tilik
desa , di awal tahun 1880 an , tilik desa adalah sebuah pagelaran seni
canmacanan kaduk , hampir sama dengan barongan dan sering kali di
mainkan apabila kedatangan tamu - tamu penting dari belanda , sampai
kini acara tersebut masih di lestarikan oleh masyarakat setempat hanya
saja fungsi dari acara tilik desa ini bukan lagi untuk menyambut
kedatangan tamu - tamu melainkan sebagai memperingati hari jadinya desa
baratan dan mengenang Alm Mbah Sakidun Salikhoh beserta sahabatnya .
Jujur mendengar Pak Tardjo bercerita saya berkeinginan untuk melanjutkan riset di kemudian hari . untuk itu tentang sejarah desa baratan saya hadirkan di edisi berikutnya .Mengingat tulisan saya di atas masih belum cukup memuaskan .
Terima kasih ...
dokument .pribadi .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar