Tanggal 5 November 2010 ,
Kedatanganku disambut oleh gumpalan-gumpalan asap tebal
keabu-abuan membentuk awan yang menyelimuti seluruh kawasan kota Jogja . Di
berbagai lintasan sesekali tumpukan debu-debu diterbangkan oleh sapuan mobil
ambulance yang sekali melintas teramat memburamkan pandangan mataku , dan entah
sudah berapa banyak orang yang di evakuasi oleh truk-truk team rescue yang mondar-mandir
mengangkut puluhan warga ke titik radius 25km , zona aman . Taman-taman bunga
tidak lagi menyuguhkan kesegarannya , pucat dan lusuh . Di titik nol kilometer
baru aku sadari bahwa ini bukan mimpi ,
saat ini aku di tengah-tengah kota besar nan kaya sejarah yang sepi .
“Mas ,posisi saya udah di jogja ,di depan gedung BNI“
aku mengabarinya lewat
ponsel milik seorang relawan , mahasiswi
asal ISI yang aku pinjam.
“ Ok , Mas bos , tunggu situ , ntar lagi tak jemput “ jawab
Abas singkat . yang nomor handponya ku dapatkan dari Mas Darmanto ketika aku mengunjunginya
sebelum pemberangkatanku , waktu itu aku di kota ngawi .
Di depanku , mobil
pick up melesat dengan cepat lalu berhenti selang beberapa meter saja dari
tempatku berdiri . Si badan kurus berambut gondrong berombak melompat dari bak
belakang pickup dan sigap menjabat erat tanganku dengan senyuman ramah , Abas
dan keempat temanya menjemputku. Ketebalan debu vulkanik pada body mobil menipu
penglihatanku ,” astaga ternyata mobilmu warna aslinya biru metalik toh , saya
kira abu-abu mas ..” kataku .
Debu tebal juga terlihat masih menyelimuti pelataran posko ketebalanya
kira-kira lima centimeter , pemandangan yang jarang sekali aku temui , di kotaku
pernah mengalami hal yang serupa waktu itu ketika aku masih kecil , kata
kakekku , ini abu vulkanik dari letusan gunung semeru yang terletak di daerah
kabupaten lumajang , jawa timur . Suatu gunung tertinggi di pulau jawa dengan
ketinggian puncak 3.676 meter di atas permukaan laut atau 12.060 kaki dan juga
salah satu dari tiga gunung tertinggi di Indonesia setelah gunung kerinci yang
ada di pulau Sumatra dan gunung rinjani di nusa tenggara barat.
Di depan posko sebuah bener ukuran besar tertampampang
bertuliskan POSKO KEMANUSIAAN OI CRISIS CENTER lengkap dengan logonya , ada sekitar 178 kepala keluarga berstatus
pengungsi , bocah usia belasan tahun sampai usia lanjut bahkan ada beberapa
bayi dan sekitar 30an volunteer. Dengan rasa tanpa ragu aku mulai meleburkan
diri dan bergabung dalam team mereka .
Sepertinya aku harus gegtol belajar dari mereka , para relawan .
Hari pertama yang menjenuhkan pikirku , selain rapat
koordinasi team pemetaan sekaligus penyusunan program yang akan kami
realisasikan untuk beberapa hari ke depan . Aku mendapat tugas sebagai team
pendataan . Sempat dalam benakku timbul keraguan menjalankan tugas ini sebab
mungkin kurang extreme atau apalah yang jelas aku kontras dalam hal berpakaian
formal , aku mengangan-angan tugas yang aku emban sepertinya mirip petugas
sensus atau mungkin petugas pemilu yang melilitkan kartu identitas pada
lehernya , huf ini benar- benar
menyebalkan .
Keesokan pagi jam 08.15 , aku bergegas menanyakan semua hal
yang bersangkutan dengan keposkoan , hanya bermodal gagah dengan kartu
identitas dan beberapa lembar kertas berkolom di atasnya terbaca “ DATA
PENGUNGSI BENCANA GUNUNG MERAPI “ , di
alenia kedua bertuliskan “ POSKO INDUK
DI SORAGAN DESA NGESTIHARJO KECAMATAN KASIHAN KABUPATEN BANTUL “ . Aku temui
mereka satu persatu di aula yang berdampingan dengan posko logistic atau tempat
kami rapat harian dan ku tanyakan mulai dari nama , umur , jenis kelamin ,
kepala keluarganya , alamat , jenis penyakit bagi yang terjangkit , ha-ha hal ini mengingatkanku sewaktu interviu
perusahaan distributor sewaktu aku di bali .
Menurut info yang aku dapat dari berbagai media , gunung
merapi banyaklah menyimpan sejarah , dengan ketinggian puncak 2.968 meter di
atas permukaan laut pernah meletus sebelumnya pada 1548 , letusan terdahsyat,
sedangkan saat kedatanganku pada tahun 2010 adalah letusan terbesar sejak tahu
1872 yang menurut catatan Badan meteorology
, klimotologi dan geofisika korban hingga mencapai 273 orang .
Sebelumnya kabupaten bantul kocar-kacir akibat gempa
bumi dengan kekuatan skala 59 ricter
pada tahun 2006 yang menewaskan kurang lebih sekitar 600 an korban jiwa dan
juga banyak warga yang terluka . Hal yang sama gempa bumi besar terjadi jauh
sebelumnya pada tahun 1867 yang menewaskan lebih dari 2000 jiwa dan sempat
merusakan sebagian arsitektur bangunan istana kepresidenan yang berada di
sepanjang ruas dari keraton sampai tugu jogja .
Gedung bekas kediaman Ir.Soekarno pada saat Jogja menjadi ibu
kota Negara pada tahun 1946 sampai 1949 , sebelumnya adalah tempat residen
gubernur belanda , yang di teruskan oleh Koochi zimmu kyoku tyookan penguasa
jepang pada tanggal 5 januari 1946 ,
dalam versi lain yang pernah aku baca dari seorang blogger dalam tulisanya ,
benteng tersebut di kuasai belanda pada agresi militer belanda II selanjutnya
pada tanggal 9 agustus 1980 penandatanganan piagam perjanjian pemanfaatan bebas
benteng oleh Sri Sultan Hamengku Buowono IX dan mentri pendidikan Dr .Daoed
Joesoef yang kemudian pada tahun 1984 di fungsikan sebagai museum perjuangan
nasional oleh Noegroho Notosoesanto dan di serahkan kepada Departemen
pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia untuk mengolahnya .
Di bawah pohon papaya aku melihat mereka , para pengungsi
dengan mimik wajah murung dan lesuh yang menyimpan banyak keprihatinan mendalam
, bocah yang di teteh ibunya itu menangis sesegukan pas dengan tatapan mata
seorang ibu yang kosong mungkin ia lapar , kedinginan atau mungkin beberapa
tubuhnya ada yang sakit aku tidak begitu paham .
Asap itu terus membumbung tinggi melawan derasnya hujan yang kerap kali memaksakan kedua mata kami
mengedipkan kelopak mata akibat perih .Suana riuh sore hari di dapur umum ,
satu persatu gelondongan kayu di sodorkannya dalam tungku yang kami siapkan
sehari sebelumnya dari batu bata . Gelak tawa ibu-ibu melibas tuntas
keterpurukan yang di alaminya ,
keakraban dalam membangun keluarga baruku .
Kali ini giliran regu C menyiapkan masakan untuk makan malam
nanti yang beranggota lima orang , tampak dari kelimanya masing –masing
memeliki berkepribadian kucel dan humoris tinggi sontan saja suasana dapur umum
mirip sekali pasar malam , gelak tawa mereka memekakkan telinga kami , mereka menyebutkan dirinya team rempong . Urusan
dapur umum kami serahkan sepenuhnya pada pengungsi wanita dan kami membagi
mereka dalam tujuh regu yang nantinya mendapat giliran menyiapkan masakan untuk
setiap harinya .
dokument pribadi . jogja 2010
Tanggal 16 Februari 2014 , pukul 13.10 .
Di dusun panggung sari pasir berkerikil menutupi sepanjang
jalan setebal sebelas centimeter . Jalan yang berkelok di tengah – tengah
ladang cabai membuat hati ini semakin berdegup kencang . Ampun dah jika
seandainya si sopir tak menguasai medan ya bisa jadi pickup yang kami tumpangi terperosok jurang , sebab jalan yang pasir yang bercampur
kerikil sering kali membuat kedua ban belakang mengalami selip sehingga
terpaksa bekali-kali mendorongnya sampai nafas kami terengah-engah .
Sesampainya , aku dan kelima kawanku sejenak melepas lelah
sembari memandangi gunung kelud yang masih terlihat asapnya mengepul-ngepul .
Langit cerah namun sama sekali tak mendung kami bergegas mendirikan tenda darurat
yang bertujuan untuk pengamanan kawasan kampung . Maklum , dalam situasi
genting seperti ini semua warga harus di ungsikan dan biasanya di saat itulah
kerap terjadi penjarahan oleh orang- orang tak bertanggung jawab .Biasanya
bentuk yang di jarah berupa hewan ternak atau barang-barang elektronik , motor
dan apapun yang menurutnya berharga .
Tenda sudah berdiri tepat di bawah pohon kelengkeng
bersebelahan persis di pintu masuk sebelah kiri Sekolah Dasar Kebonrejo II .
Dari sini gemuruh gunung kelud masih terdengar jelas , asap hitam masih
membumbung tinggi menutupi bintang-bintang yang berserakan di pekat gelapnya
malam , di Jogja kawan-kawanku
menyebutnya wedus gembel . Pemandangan itu sesekali membuatku takjub terkadang
juga membuatku takut . Pernah aku berhasrat lari sekencang-kencangnya saat
bibir kawah menderu dan menyemburkan isi dalam perutnya tetapi apalah daya
jalan yang gelap membuat aku pasrah terpaku begitu saja .
Beberapa menit kemudian , blaaaarrr … kepanikan kami tak
satupun orang ada yang menyangkal . Kami berlari berhamburan semburat bak
kawanan domba mendapatkan gertakan oleh majikan , aku yang terbirit –birit bak
kawanan atlit dalam pertandingan marathon , gunung itu meletus kesekian kalinya
dalam dua hari ini .
Kerikil-kerikil panas itu menghujani tempat perlindunganku ,
satu kawanku berteriak kencang mungkin gugup “ mati aku.. “ terdengar olehku
teriaknya berkali-kali , nadanya tinggi tak bertempo . Dibawah meja milik salah
satu warga aku menatapnya pasrah . Ya Allah , hanya itu yang aku ingat . Asap
itu membuat dadaku semakin terasa sesak , debu- debu terbang memburamkan
pandanganku dari kejauhan yang aku dengar hanyalah “ mati aku ..” tapi kemana
kali ini aku tak tahu dimana posisi ketiga kawanku . Dibelakang agak jauh
sekitar sepuluh meteran terlihat samar –samar sesosok tubuh dengan posisi
telungkup tepat di bawah meja milik Pak Misto yang aku kenal setelah beberapa
hari kemudian aku bertemu dengannya . Apa yang ia pikirkan sama sekali aku tak
paham , ketika aku Tanya keadaanya ia hanya menjawab “ mati “ jawaban yang
membuatku semakin panik , kurang ajar .
Degub jantungku semakin kencang saat gemuruh itu semakin
terdengar keras dan blaaarr… dentuman kesekian kalinya membuyarkan hasratku
yang sedari tadi ingin berlari . Bagaimana aku harus berlari toh jarak antara
tempatku berlindung ke jalan kota masih lima kilometer sedangkan di sepanjang
jalan gelap gulita yang terlihat hanyalah bayangan –bayangan pohon petai yang
menjulang .
Dari kejauhan lampu dem menyorot lorong di samping tempatku
berlindung semakin lama semakin mendekat kami medekatinya , mobil team SAR
menyelamatkan nasib kami .
Tanggal 23 Februari 2014 , kami kembali ke tenda yang
beberapa hari yang lalu kami dirikan . Disepanjang perjalanan tampak deretan
rumah-rumah roboh di bagian atapnya , ada yang hanya tertinggal tiang antenanya
yang berdiri tegak di tengah-tengah reruntuhan , beberapa motor yang tinggal
kerangka , televisi 21 inc yang pesok ,
di kanan –kiri jalan terpampang banyak tulisan yang bertujuan untuk menarik
simpati para pengunjung “ MAAF INI BUKAN KAWASAN WISATA BENCANA! JANGAN
MACAM-MACAM ! “ di tembok gardu tepat di simpang tiga sebuah kalimat yang di
tulis dengan arang “ KAMI BUTUH MAKAN BUKAN BUTUH PHOTO “ , sepertinya hanya
kedatangan kamilah yang di sambut baik
dengan mereka , mungkin apa karena kita team relawan ya bro , kata salah satu
kawanku .
Hiruk pikuk warga merubungi pos kami bak kawanan tawon ,
pendistribusian logistik sekaligus pendataan warga . Hal serupa yang terjadi
pada pos relawan dari pemuda anshor yang juga penuh dengan warga yang hendak memeriksakan kondisi kesehatanya , selanjutnya
tenda bertuliskan pos kesehatan PMI sedang membagi vitamin pada
bocah-bocah yang sedari tadi antri menunggu giliranya tiba .
Sebagian besar warga menangis pilu meratapi lahan cabainya
yang gagal panen . waktu itu sebenarnya musim panen cabai dan durian serta
sayur maklum , tetapi inilah kehendak Tuhan kami hanya pasrah dan berusaha
untuk bangkit Mas , kata salah satu warga kepadaku .
sekitar 309 hektar lahan cabai penduduk setempat rusak total
dan 215 rumah ambruk , kontan saja
setiap pagi dan sore tenda darurat yang kami dirikan untuk pengungsi spontan
beralih fungsi sebagai penyimpanan durian yang di kumpulkan warga karena gagal
panen , beberapa kawanan relawan menyebut kami laskar durian karena seringnya
kami bekerja sambil nenteng durian yang berserakan tak jauh dari pohonya , satu-satunya desa penghasil sayuran dan
spesialis durian .
Kota Kediri yang memiliki 21 kecamatan dan 344 desa secara
geografis di Jawa timur yang berbatasan dengan kota ngajuk dan kota jombang ,
bagian timur berbatasan kota jombang dan magelang , bagian selatan berbatasan dengan
kota blitar dan tulungagung sedangkan bagian barat berbatasan dengan sebagian
kota nganjuk , madiun , trenggalek dan sebagian tulungagung .
Posko kami berada kurang lebih sekitar 6km dari gunung kelud
tepatnya di desa kepung 30 km dari kediri kota , jika malam suhunya cukuplah
membekukan sekujur badan dengan rata-rata curah hujan 1.898 milimeter dan
bersuhu udaranya 28 derajat celcius .
di lain kawasan gunung kelud pada malam hari , kami meyusuri sungai brantas yang banjir
akibat pendangkalan yang di sebabkan oleh endapan pasir akibat muntahan pasir
gunung kelud yang mecapai jutaan meter kubik
, di sepanjang bantaran juga benyak warga yang mengungsi sedangkan harta
benda mereka tidak sedikit yang terbawa arus banjir , pemandangan yang ironis .
dokument pribadi 2014. laskar durian
Dalam catatan kecilku , aku menuliskan juga beberapa tradisi
warga di kecamatan ngadiluwih , sewaktu jadwal tugasku lenggang . Roni bocah
SMP kelas satu setia menemaniku menghadiri pertunjukan Tiban , yaitu acara
berdo’a bersama meminta hujan yang kemudian di lanjutkan atraksi-atraksi yang
di pertontonkan oleh warga , memang benar beberapa bulan ini desa kepung jarang
turun hujan , pertarungan dua orang dengan senjata pecut atau cambuk dengan
penilaian siapa yang di cambuk berkali-kali tanpa bekas itulah yang menang , biasanya acara ini di adakan stiap bulan
muharam , bulan suro . lumayan buat
peregangan pikiran yang sudah dua bulan aku di hadapkan tugas-tugas berat
keposkoan .
Sejarah mengenai Jayabaya yang terletak di desa Pamenang ,
kecamatan Pagu yang terletak 7 km dari pusat kota kearah timur terdapat
pemakamannya yang selalu ramai di kunjungi oleh para berziarah pada malam-
malam tertentu , Mas Duren aku
menyebutnya juga menemaniku di kala pengungsi rehat pada malam hari .
Mas koreng membawaku ke candi surowono yaitu peninggalan
majapahit yang terletak 12 km an di sebelah timur kecamatan pare 17km dari
posko kami .
Pagi- pagi sekali kelima laskar durian , team pemetaan
mengadakan pendakian guna memastikan keamanan gunung kelud tiga bulan yang lalu
menyemburkan isi dalam perutnya . dan aku masih punya jadwal rutin di pagi ini yaitu
setia mencicipi durian milik Pak Bendot yang sejak malam sudah tersedia untuk
kami .
dokument pribadi 2015 , laskar durian .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar